Audat al-Ruh

Taufiq al-Hakim

'Audat al-Ruh

1

" Ketika zaman menjadi abadi "
" Kita akan melihat wajah barumu "
" Karena kamu berada di sana "
" menuju keseluruhan dalam satu "

” lagu kematian "

Pendahuluan

Pada suatu waktu, wabah panas Spanyol telah menjangkit mereka semua, dokter telah memeriksa mereka, maka segera setelah menjatuhkan pandangannya kepada mereka ia tercengang : satu ruangan, dengan lima buah kasur berjejer (ukuran satu inci setengah), berdampingan satu sama lain ... dan hanya ada satu almari seperti almari kaligrafer, yang hancur salah satu pojoknya, di dalamnya terdapat bermacam-macam pakaian dengan berbagai warna..., juga terdapat pakaian-pakaian polisi yang kelihatan resmi dengan bertaburan kancing bross. Dan alat musik tiup antik ... " harmonika" yang tergantung di tembok !...
Apakah Ambar ...
Akan tetapi sang dokter percaya, bahwa dia memasuki rumah, dan masih ingat nomor dan jalannya !... dan terakhir dia mendekati barisan kasur yang kelima, ......;
dan tersenyum : ini bukan kasur, melainkan meja makan kayu yang di jadikan tempat tidur untuk salah satu dari mereka !...
Dokter berdiri sebentar memikirkan pasien yang berbaring dengan berbaris ... akhirnya dia maju dan berkata :
" tidak ... ini bukan rumah !... ini rumah sakit !...
Kemudian dia memeriksa semuanya, secara bergantian, dan menyelesaikan pekerjannya kemudian pergi, akan tetapi dia kembali dan melihat mereka lagi dalam satu keajaiban, mereka di kumpulkan dalam satu kamar ... apa yang membawa mereka dalam hal ini, dan dalam rumah ada kamar lain, kira-kira ruang tunggu ? dan dia mena nyakannya kepada mereka maka menjawablah suara yang naik dari bawah kasur :
" Mabsuth kida ...
Ungkapan ini di ucapkan dengan bahasa yang sederhana dan jujur, bahkan mendalam ...orang yang menelitinya akan menemukan kebahagiaan di dalamnya dengan kehidupan bersama ini, dan seandainya seseorang mampu maka akan membaca atas raut muka mereka yang pucat, tentang seberkas sinar kebahagiaan yang tersembunyi dengan sakitnya mereka bersama, yang tunduk pada satu hukum, memberikan obat, dan memberikan makanan, dan mereka mempunyai keberuntungan dan nasib !...
Dan selesai sudahlah pengobatan sang dokter dan dia bersiap untuk pergi, dan sampailah di palang pintu. Tetapi dia tersiam sejenak bagaikan seorang pemikir, kemudian dia berbalik menghadap pasien yang sedang berebahan, dan berkata :
" Kamu semua kelihatan berasal dari kampung !...
Lantas sang dokter keluar tanpa menunggu jawaban ... dan dalam khayalannya telah terlukiskan gambar para petani ... dan dia mulai berkata pada dirinya sendiri :
Tidak ada selain petani yang mampu untuk hidup seperti ini, hanya dia sendiri yang -sekalipun rumahnya luas- harus tidur bersama anak, isteri, sepeda dan keledai dalam satu ruangan !...

Bagian pertama

Jam makan telah selesai dan setiap anggota keluarga pergi ke arah masing-masing, sampai Mabrouk sang pelayan selesai membantu Siti Zannoubah untuk mengangkati hidangan dan menmcuci piring, kemudian dia pergi dan mampir di warung buah yang berdampingan dengan bangunan pintu wudlu', dan Siti Zannoubah tinggal sendirian di rumah, jauh dari sesuatu yang menganggu kesunyiannya dalam penyendirian. Kemudian pergi ke kamarnya yang kecil, dan duduk melamun di atas "..... ......... " menerawangkan pandangan pada kartu remi yang menebak masa depannya di atas tikar merah yang lesu !...
Waktu telah berlalu, adzan 'asar telah berkumandang, sementara Zannoubah tenggelam dalam lamunannya, tidak melihat kecuali anak lelaki blonde, di samping perempuan hitam ... kegembiraan telah turun kepada mereka berdua, dan salah satu di antara keduanya dalam perjalanan pergi, dan ... dan ... sampai akhir sesuatu dalam dunia gaib dan tanda !...
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Muhsin telah muncul dengan mengempit buku, penggaris dan jangkar dalam ketiaknya, dan berteriak manja kepadanya dengan bahasa anak kecil yang girang :
" Rakyat / masyarakat belum datang ?...
Zannoubah tidak bergerak, dan tidak menjawab seketika itu !... dia masih tenggelam dalam lautan mimpi di mana dia berada disana sebelumnya !... akhirnya dia berkata tanpa melihatnya :
" Kamu sudah datang dari sekolah ?..
" Kita sudah keluar dari tadi ... tetapi saya pergi ke tukang jahit dulu !...
Kemudian Muhsin melipat ujung pakaiannya pelan-pelan, dan duduk di samping Zannoubah di pinggir bantal, diam sebentar, kemudian gelisah, lantas melihat kepadanya dan ragu; sepertinya Muhsin ingin berbicara, akan tetapi seakan ada malu yang malarang !...
Dan sepertinya mendadak Zannoubah ingat sesuatu, kemudian berkata tanpa mengangkat mukanya dari kartu :
" Saya yakin kamu lapar, Muhsin ..., bangun, ambil timun, kunyah dan sabarkan dirimu, ... makan malam masih lama ...
Zannoubah angkat matanya dan menunjukkan keranjang di belakang pintu kamar ... dia sembunyikan supaya tidak di ketahui oleh Mabruk, tetapi segera setelah melihat Muhsin dia menjerit tercengang :
" Allah ! ... masa Allah ! ... kamu memakai pakaian baru ?!...
Sang pemuda diam dan tidak menjawab.
Dan Zannoubah masih tetap dalam keanehannya :
" Ajaib sekali !... orang yang melihatmu bakal mengatakan bukan kamu !... apakah mereka, keluargamu mengirimmu uang ?...mengagumkan ...
Kemudian Muhsin bertanya padanya dengan rasa malu dan ragu :
" Heran kenapa ?...
Zannoubah tidak habis-habisnya mengangan-angan pakaian barunya dengan mata penuh kekaguman dan keanehan :
" Karena ini bukanlah kebiasaanmu ... Usiamu tidak rela memakai pakaian baru selain lebaran haji, seperti paman-pamanmu ... dan seterusnya......
Maka merahlah wajah Muhsin sebab pujian tersebut, tetapi yang di puji setelah hatinya penuh dengan kepuasan dan kegembiraan, tiba-tiba dalam hati kecilnya mengalami rasa sakit yang aneh, kemudian dia mengalihkan arah pembicaraan :
” Makan apa nanti malam ?...
Kemudian Zannoubah menjawab dengan suara tinggi, dan seperti sebelumnya dia masih menatap kartu remi :
" Seperti makan siang ! ...
Muhsin menjerit sebentar :
" Paha angsa lagi ?...
Zannoubah mengangkat kepalanya mendongak, dan menegur sembari menatap tajam :
" Apa jeleknya paha angsa ?... apa kamu tahu yang bicara kepadamu adalah orang berakal ?... baik, besok Sayyidah Zaenab akan melihat kesombonganmu ini... Dia, tuhan kita, apakah akan memberkati kepada orang yang tidak menyukuri nikmat sesuap kehidupan ?!...mereka jauh darimu, paman-pamanmu masih tetap tidak berbicara ... wahai Muhsin ... janganlah kamu berbuat seperti mereka !...
Kemudian Muhsin berkata dengan lembut :
" Tetapi, bibiku ... paha angsa itu, sudah semenjak tiga hari yang lalu kita melihatnya pada setiap hidangan ... paman Abduh bersumpah demi Qur'an, bahwa sekarang dzohor akan !......
Muhsin tidak sempat menyelesaikan bicaranya ... karena Zannoubah datang dengan kesan menunjukkan marah, dan membentak :
" Abduh !!... siapa sih tuan Abduh tuh !? memangnya dia tuan rumah !... atau penanggung jawabnya ?... dvgbsvsdvnvsvbsvdan seterusnya

0 komentar:

Posting Komentar